22 Juli 2010

Service Mata

3 komentar

Alkisah, tadi pagi untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di lantai sebuah pusat pengobatan mata yang ada di kota Medan. Sekitar pukul 9.30 WIB tepatnya kami menyambangi klinik mata itu. Biarpun masih cukup pagi, namun area parkir sudah disesaki beragam kendaraan yang masih ngimpor. Setelah memarkirkan kendaraan, langkah kami terayun ke arah pintu masuk. Tak berbeda dengan kondisi di luar, keadaan yang kami dapati di ruang tunggu pun begitu ramai. Orang dengan beragam suku, usia, warna kulit, dan keluhan sudah berdatangan ingin "mengunjungi" para dokter. Setelah mendaftar aku segera mengambil tempat duduk yang kulihat sebelum targetku dimangsa orang. Sambil duduk menunggu giliran, aku memerhatikan para petugas di klinik tersebut. Para petugas selalu tersenyum melayani setiap pasien tanpa memandang penampilan, usia, maupun asal mereka. Setiap pertanyaan yang diajukan orang-orang awam ini dijawab semampunya. Ketika ada seorang pasien yang meminta tolong perawat untuk meneteskan obat tetes mata padanya, si perawat meladeninya sambil berbincang ringan dengan si pasien. Terkadang wajah mereka pun berubah serius kala harus mengerjakan tugas masing-masing seperti meng-input data, memeriksa berkas pasien, atau ketika melakukan pemeriksaan. Pemandangan yang cukup menyejukkan bagiku. Para pegawai bertugas dengan tanggung jawab tanpa melupakan kelembutan dan kesopanan kepada semua pasiennya tanpa terkecuali.

Meskipun cukup ramai, namun pelayanan diberikan dengan cukup cepat dan sigap. Tak sampai setengah jam menunggu, namaku pun dipanggil. Di ruang pertama yang berada di lantai 1, si petugas menanyakan keluhan yang kurasakan. Aku pun menjelaskan bahwa mataku sering tidak fokus ketika membaca atau menonton, seperti berbayang. Ia pun mendekatkan mataku pada sebuah alat dan memeriksanya. Setelah itu sebuah benda berbentuk kaca mata pantat botol (bulat-red) di pasangkan pada mata ku dan aku disuruh untuk membaca beberapa huruf yang ditampilkan di sebuah layar kecil. Setelah ia menuliskan hasilnya di berkas kesehatanku, aku pun diminta untuk menunggu sebentar di luar.

Sekitar 5 menit kemudian, aku dan beberapa pasien lain di ajak naik ke lantai 2. Di sana aku melakukan pemeriksaan dengan alat yang lain lagi. Sebuah alat yang lucu bagiku. Entah apa nama alat ini. Mataku di dekatkan pada alat ini, yang ku lihat adalah cahaya berwarna merah. Ketika si petugas merasa posisinya sudah pas, dia pun memencet tombol pada alat dan wuss.. Seperti ada angin yang ditiupkan pada mataku. Aku sempat kaget ketika proses ini berlangsung. Untungnya aku bukan penderita penyakit latah. Dari sini, tahap selanjutnya aku menemui si dokter mata yang ramah. Ia memeriksa akomodasi mataku dengan cara memerhatikan mataku saat aku mengikuti arah gerakan jari tangannya. Mataku juga sempat diperiksa dengan sebuah alat.

Aku cukup tegang mendengar hasil yang akan dilontarkan sang dokter. Aku takut kalau sampai harus memakai kaca mata karena mataku menderita gangguan yang cukup serius.

"Ini matanya gak apa-apa. Cuma kelelahan saja. Yang penting adik jangan tidur lewat dari jam 10 malam (*jadi kalo udah jam 11 malam, ga boleh tidur lagi dong sampe pagi karena udah lewat dari jam 10 ;)). Trus, jangan minum kopi, minuman bersoda, atau makan coklat (*untung semuanya aku emang gak suka..). Itu semua harus dijaga ya, kalo gak nanti bisa jadi serius... 10 hari lagi kita cek. Obatnya dihabiskan..."

Alhamdulillah, sakitnya gak serius, cuma kelelahan aja. Jadi harus lebih jaga kesehatan n pola hidup ni. Memang sehat itu mahal, tapi kalo udah sakit bakal lebih mahal lagi nyembuhinnya. Yang paling berat ni masalah tidur. Kalo udah keenakan nonton, baca, atau ol jadi sering lupa waktu. Tapi demi si bola mata, apa pun akan kulakukan. Termasuk ngurangi jam ol, biar matanya ga capek nongkrong di depan si leeppyy.

Mata memang salah satu nikmat besar yang Allah pinjamkan pada kita. Dengan mata kita dapat melihat setiap milimeter kesempurnaan ciptaan Allah. Namun, mata ini sering kali terlupakan. Sering tak diperhatikan, tak dianggap, tak disyukuri... Mungkin karena mata hanya sering digunakan untuk melihat hal-hal lain, namun tidak untuk melihat mata itu sendiri. Mata yang cukup kecil ini jadi dianggap tidak memiliki arti karena tidak disyukuri fungsi besar darinya. Padahal, tanpa mata maka yg ada hanya gelap gulita. Seindah apapun maha karya Sang Pencipta, tak kan ada indahnya bagi kita tanpa nikmat mata yang sehat. Mungkin ini teguran dari Allah untukku agar mensyukuri nikmat-nikmat Nya, termasuk nikmat mata yang dapat melihat ini. Salah satu bentuk syukur yang harus kita lakukan adalah dengan merawatnya dan memberinya "makan" dengan hal-hal baik. Melihat yang baik, membaca yang bermanfaat, menonton yang benar. Tidak hanya mata, tapi semua nikmat yang Allah pinjamkan pada kita ini harus disyukuri, dirawat, dan dimanfaatkan dengan baik agar Sang Pemilik tidak marah pada kita.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

(Q.S. Ar Rahman)

3 komentar:

yuliani indri lestari mengatakan...

bicara soal mata, sy jdi agak sdih krna mata sy minus... tp ktika ingat lgi dgn nasehat2 org bijak (bila mslh dunia, liatlah kebawah), maka sy jdi kmbali bersyukur dan lbh bersykur lg.

cletuk slh seorang tman dkat sy bgini, "gapapa matanya yg minus asal jgn kelakuan ma otaknya yg minus xixixi", ckup berkesan :)

btw lma ga kliatan pa kbrnya neng?

saidialhady mengatakan...

solusi terbaik selain itu, makan wortel banyak2 karena mengandung vitamin A. Ini saran guru SD kelas 1...

Sartika Ika mengatakan...

@mbak indri: kalo bisa sih mata, klakuan, otak, n semuanya ga ada yg minus ya mbak. hehhe
iya, kmaren ada agenda yg memisahkan saya dgn dunia maya beberapa hari, jadi ga bisa ol.
ntar mau pergi lagi nih.. ;)

@saidi: guru sd saya juga bilang gitu. jangan2 guru kita sama??????
memang harus dijalankan tu sarannya

Posting Komentar