17 Desember 2010

Kenapa Merah-Putih-Hijau?

6 komentar

Bulan ini warga negara Indonesia di mana pun berada lagi heboh sama yg namanya pertandingan Piala AFF. Itu tuh, sepak bola antar kawasan Asia Tenggara. Aku juga gak terkecuali. Tapi aku sih ga gila-gila amat. Gimana mau gila, wong tandingnya pas kita-kita lagi pada UAS. Jadi lah aku nonton cuma di moment gol Indonesia. Jadi, dari sudut kamar aku memasang kuping baik-baik (ya iyalah, emang bisa dilepas?). Dengan tetap mengarahkan konsentrasi ke buku, slide, dan foto copy an, aku terus menajamkan pendengaranku. Ketika keluarga yg nonton pada teriak
GOOOLLL... Aku pun berlari keluar kamar dan ikut bergembira. Terlalu di dramatisir ya? Tapi kira-kira gitu lah kejadiannya.

Di sela-sela pertandingan Indonesia vs Filipina, aku sempat liat penonton yg hadir. Salah satunya adalah Ibu Ani Yudhoyono. Beliau mengenakan jaket berlambang garuda di dadanya, kayakya sih itu jaket timnas. Awalnya aku biasa aja ngeliatnya. Tapi kalo diperhatiin, ada sesuatu yg buat aku bingung. Kok warna jaketnya Merah-Putih-Hijau? Bukannya biasanya baju seragam timnas itu warnanya Merah-Putih aja ya? Kalo pun ada, warna hitam dikit-dikit misalnya untuk nulis nama, dll. Tapi yg ini hijau. Perpaduan warna ini mengingatkan aku pada sesuatu. Iya, hari natal. Seingatku, natal itu identik sama warna merah (kostum sinterklas), putih (salju), dan hijau (pohon cemara). Hmmm, apa ada hubungannya ya? Tanya kenapa

-Sartika Ika S-
Read more...

04 Desember 2010

Ayo Meminta Maaf

5 komentar

Kata maaf memang adalah kata2 yang sangat gak asing bagi kita. Apalagi kalo menjelang Idul Fitri. Kata maaf dengan lancarnya mengalir dari mulut tiap orang, menghiasi sms kawan dan sodara, baik itu disampaikan dengan ikhlas atau pun cuma basa basi doang. Selain itu, waktu lagi ada masalah atau gesekan2 sama seseorang, kita juga bakal berusaha meminta maaf atau memaafkan. Tapi itu juga kalo ga kalah sama gengsi. Ya, kata maaf terkesan biasa atau wajar alias standar di moment itu.

Nah, gimana jadinya kalo kata maaf diucapkan tiba2 di suatu malam, ga ada angin, ga ada hujan, ga ada petir? Itulah yang kulakukan tadi malam. Tiba-tiba aku merasa gelisah dan susah tidur malam ini. Mungkin salah satu faktornya adalah beberapa hari ini aku menghadapi beberapa masalah "kecil" yang cukup menyita pikiranku. Masalah yang sebenarnya ga bakal jadi masalah kalo aku ga memikirkannya. Aku bingung apa yang harus aku lakukan untuk mengusir kegundahan ini. Tiba-tiba aku terfikir, sepertinya udah cukup lama aku ga meminta maaf dari hati terdalam sama orang2 yang sering aku temui. Kenapa aku memusatkan perhatian sama orang2 yang sering ku temui? Karena menurutku merekalah yang paling mungkin menghadapi kesalahan dan kekhilafan ku, bahkan mungkin ku sakiti perasaannya. Memang seingatku aku ga ada masalah sama mereka, tapi tetap aja yang namanya khilaf bisa dilakukan tanpa kita sadari. Lagi pula menurutku minta maaf itu ga musti harus ada masalah dulu kan... Aku pun mulai merangkai kata2 dan mengirim sms itu ke orang2 yang sering kutemui.

Setelah mengirim sms itu, perasaan ku lebih lega. Apalagi ketika menerima balasan dari mereka yang merespon baik permintaan maaf ku itu. Saat itu aku mulai berpikir, terkadang kita pernah merasa sakit hati ketika menerima ucapan atau perlakuan yang tidak menyenangkan dari orang lain. Tapi sadarkah kita, ucapan atau perlakuan tersebut mungkin ga akan kita terima kalau kita ga melakukannya juga pada orang lain. Sering kali kita merasa kesal dengan sikap orang lain pada kita, tanpa pernah mau meng-hisab atau mengintrospeksi segala yang telah kita ucapkan dan lakukan padanya. Memang tangan di atas lebih baik dari pada tangn di bawah. Namun, apakah kita hanya menunggu hingga orang lain memaafkan kita tanpa mau berusaha untuk meminta maaf atas kesalahan kita yang disengaja atau tidak? Mulai sekarang, mari kita lebih melapangkan dada kita untuk mau meminta maaf terlebih dahulu, tanpa memandang waktu untuk melakukannya.

-Sartika Ika S-
Read more...