17 Juli 2010

Beda Orang, Beda Pemikiran

8 komentar

Assalamu'alaykum...

Saat masih balita dulu, mama saya selalu membacakan buku cerita pada saya. Beliau selalu membelikan saya sebuah majalah bernama "Bobo" dan mengisahkan isinya dengan cara yang sangat menarik. Saat itu, saya selalu merasa senang tiap kali mama membacakan cerita untuk saya. Hingga duduk di bangku sekolah dasar, saya masih setia mengonsumsi cerita dan informasi yang disajikan majalah anak-anak itu. Namun, tentunya saya sudah bisa membacanya sendiri tanpa bantuan mama. Banyak kisah menarik yang saya dapatkan. Informasi yang disampaikan juga sangat edukatif. Dari majalah itulah pertama kali saya mengenal istilah deja vu, tumbuhan bernama leunca, dan sebagainya. Saya juga terdorong untuk belajar menulis surat dan mengirimnya ke kantor pos karena saya mendapat sahabat pena dari majalah tersebut.


Ada beberapa kisah atau cerpen dari majalah tersebut yang masih saya ingat sampai sekarang. Dan saya baru menyadari bahwa cerita tersebut mengandung pelajaran-pelajaran yang berguna bagi kehidupan. Saya ingin berbagi salah satu cerpennya kepada para pembaca, tentunya dengan bahasa saya dan beberapa perubahan karena saya tidak ingat pasti kata-katanya. Saya lupa judulnya apa, tapi marilah kita mengambil hikmah dari cerita ini.


**********

Di sebuah desa, hiduplah seorang pedagang tua bernama Pak Amir (ngarang-red). Ia telah menjalankan usahanya selama berpuluh-puluh tahun. Ia memiliki sebuah toko yang cukup besar di desa itu. Disana ia menjual berbagai barang kebutuhan masyarakat. Meskipun ia dapat dikatakan orang terkaya di desanya, namun ia tidak sombong dan tetap hidup sederhana. Ia menjalankan usahanya dengan penuh disiplin sehingga bisa menjadi sukses.


Pak Amir sudah tidak memiliki istri lagi. Sang pendamping setia telah dipanggil yang Maha Kuasa beberapa tahun yang lalu. Sekarang beliau hanya tinggal bersama kedua buah hatinya yaitu Ali dan Eko (ngarang lagi-red). Mereka selalu hidup rukun dan saling menyayangi.


Suatu hari, Pak Amir terserang sakit yang cukup parah. Ia merasa umurnya tidak panjang lagi. Ia pun mengumpulkan kedua anaknya untuk memberi pesan terakhir. Dengan penuh keharuan, Ali dan Eko duduk di samping tempat tidur ayahnya sambil mendengarkan ucapan ayahnya dengan penuh perhatian.


"Ali... Eko... Mungkin Ayah tidak hidup lama lagi. Ayah hanya ingin berpesan pada kalian, bukalah toko kalian masing-masing di tempat yang berbeda. Ketika pergi dan pulang dari toko jangan sampai kalian terkena matahari. Lalu, makanlah ikan dengan jumlah mata 1000 mata setiap harinya......"


Setelah menyampaikan pesan itu, malaikat maut pun menjemput Pak Amir. Setelah menyelesaikan segala urusan yang menyangkut beliau, Ali dan Eko pun segera menjalankan pesan ayahnya. Dengan bermodal harta peninggalan sang ayah, keduanya mulai membuka toko masing-masing yang terletak berjauhan.

Berdasarkan pesan ayahnya, Ali pun membeli sebuah kereta kencana yang akan membawanya setiap hari dari rumah ke toko dan sebaliknya, sehingga ia tidak terkena matahari yang cukup panas saat berangkat maupun pulang. Ia juga membeli 500 ekor ikan bawal setiap hari untuk dikonsumsi. Kebiasaannya ini membuat pengeluarannya lebih besar dari pemasukannya. Usahanya yang dirintisnya juga tidak begitu maju.

Berbeda dengan Ali, Eko menjalankan pesan terakhir ayahnya dengan cara membuka tokonya di waktu pagi buta saat matahari belum menunjukkan sinarnya. Dengan begitu masyarakat yang ingin membeli kebutuhan sehari-hari akan datang ke tokonya karena jam segitu belum ada toko lain yang tutup. Ia menutup tokonya saat matahari sedah terbenam sehingga waktu buka tokonya lebih lama daripada toko lain. Dengan demikian ia tidak pernah terkena matahari saat membuka atau menutup tokonya. Eko sehari-harinya mengonsumsi ika teri yang biarpun banyak, namun harganya tetap murah sehingga tercapailah setiap harinya ia memakan ikan dengan jumlah mata 1000 buah. Berkat kesederhanaan, disiplin, dan kerja kerasnya maka usaha yang dirintis Eko maju pesat meninggalkan usaha Ali.

**********

Dari cerita di atas dapat kita lihat bahwa sebuah pernyataan yang sama yang disampaikan pada 2 orang yang berbeda dapat memiliki arti yang berbeda pula. Ali mungkin akan berpikir bahwa pesan sang ayah adalah salah besar karena dengan menjalankan pesan tersebut justru ia mengalami kerugian. Sementara Eko mungkin akan berpikir bahwa pesan aahnya itu sangat bijaksana dan bermanfaat dalam hidupnya karena dengan menjalankan pesan itu usahanya menjadi maju dan hidupnya sejahtera.

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita sering atau setidaknya pernah mengalami hal seperti ini. Terkadang kita seperti Ali yang menyalahkan si pemberi pernyataan atau nasihat karena kegagalan atau kerugian yang kita alami setelah mengikutinya. Kita akan langsung mengatakan bahwa pernyataan/nasihat itu salah besar dan tidak akan percaya pada orang itu lagi. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa mungkin kitalah yang terlalu dangkal dalam memahami dan mengartikan pesan itu. Jadi ketika terjadi perbedaan pendapat mengenai suatu hal, tak ada salahnya kita duduk bersama dengan orang yang berbeda dengan kita dan membicarakan hal tersebut sambil bertukar pikiran dan mencari sumber-sumber terpercaya. Mungkin saja orang yang berbeda pendapat dengan kita itu sebenarnya seperti Eko yang lebih kritis dan kreatif dalam memahami suatu hal. Wallahu a'lam bishshowab.....

-
Sartika Ika S.-

8 komentar:

Arjuna mengatakan...

cerita yg menarik sahabat,
bener, setiap kita memiliki pendapat sendiri, begitu juga oranglain, namun kita harus saling mnghargai,,ya gak..?

met malam, salam

Sartika Ika mengatakan...

iya, belum tentu juga pendapat kita adalah yg terbaik.. indahnya saling menghargai...
:)

syukron kunjungannya

Winny Widyawati mengatakan...

Subhanallah, inspiratif sekali ceritanya ya, smg kitapun bisa mencontoh kepandaian eko ya :)

saidialhady mengatakan...

bobo teman bermain dan belajar.. kayaknya aku juga masih ingat dengan cerita ini... soalnya dulu juga penggemar bobo..huehehe..

mantap blognya.. sering2 posting dan blogwalking.. pasti makin keren..

Sartika Ika mengatakan...

yoa.. B O B O Bobo..
brarti ni cerita emang benar ada, bukan halusinasi yg sok ingat masa kecil. hihihihih

biar pun agak amburadul cara penyampaiannya, moga intinya tetap bisa di ambil ya..

buat saidi, makasi kunjungan n sarannya.
asal jangan sekali aja. :)

yuliani indri lestari mengatakan...

laik lubuk lain ikannya... bgitulah ibarat pribahasa. pesan yg bisa diambil, sbaiknya klo mmg tdk mngerti akan ssuatu hal, bertanyalah pd yg lbh mngerti, atau mintalah pndapat org lain sbanyak2nya, spya tidak slh pngrtian dan pmahaman

Sartika Ika mengatakan...

setuju sama mbak indri...

Om Rame mengatakan...

jadi kepingin bobo nih seteLah baca-baca. hehehe... piss ach (canda-red).
tentunya setiap orang memiLiki persepsi sendiri, yang terpenting adaLah saLing menghargai dan menghormati satu sama Lainnya.

ijin untuk menjadi foLLower di bLog ini, saLam persahabatan.

Posting Komentar