25 Juni 2010

Pesona Air Terjun Sipiso-Piso

0 komentar

Sesuai rencana, tepat pada tanggal 15 Juni 2010 yang lalu, Bidang Keputrian BP2M Baiturrahmah FE USU mengadakan rihlah (jalan-jalan/bepergian) ke Air Terjun Sipiso-Piso. Wisata alam ini terletak di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Acara ini sudah menjadi salah satu dari progam kerja bidang ini. Rasa penasaran meliputi pikiran, karena jujur ini kali pertama saya mengunjungi tempat wisata alam ini. Apalagi ujian baru saja usai. Kegiatan ini menjadi kesempatan emas untuk mengistirahatkan pikiran sejenak.

Pukul 7.30 WIB para peserta rihlah sudah mulai berdatangan ke titik kumpul. Bus executive telah menunggu dengan setia. Tepat pukul 8.00 WIB dengan mengucapkan bismillah mulailah bus berangkat. Jalan Dr. Mansyur, Setia Budi, dan Jamin Ginting dilalui tanpa ada hambatan. seiring pergerakan bus, mulailah isi tas dikeluarkan para peserta. Mulai dari permen, keripik, dan biskuit beredar di dalam bus dari satu orang kepada yang lain. Ya, selama perjalanan saja ukhuwah itu sudah tampak dengan adanya saling berbagi. Tak ada yang merasa kelaparan selama perjalanan.

Bus terus melaju. Wilayah Pancur Batu, Sibolangit, dan Berastagi kami lalui untuk mencapai tujuan. Di sepanjang perjalanan, mata kami pun dihibur oleh keindahan alam Sang Maha Pencipta. Pepohonan yang hijau, gunung yang menjulang, awan biru terus menemani perjalanan kami. Memasuki Kabupaten Karo, pohon-pohon jeruk dan buah lainnya menyambut kedatangan kami.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 3,5 jam kami pun tiba di lokasi wisata pada pukul 11.30 WIB. Dengan membayar Rp 60.000 bus kami pun memasuki kawasan Air Terjun Sipiso-Piso. Dari sini kita dapat melihat dari jauh air terjun tersebut, bahkan Danau Toba. Tapi jangan berharap air terjun tersebut dapat langsung disentuh. Karena untuk mencapainya, kita masih harus menuruni sekitar seribu anak tangga.

Sebelum memulai petualangan, kami memutuskan untuk makan siang dan menunaikan sholat zuhur yang dijamak dengan ashar. Setelah menyelesaikan segala urusan, kami pun bersiap-siap untuk turun. Ternyata cuaca kurang bersahabat dengan kami. Hujan rintik-rintik turun membasahi tanah Karo. Beberapa di antara kami mulai ragu untuk melanjutkan misi. Namun, kami pun membulatkan tekad dan memohon perlindungan Allah untuk memulai petualangan menuju si air terjun yang telah dinanti-nanti. Dengan mengucapkan bismillah dan bertakbir, kami pun mengayunkan langkah.

Satu per satu anak tangga kami tapaki. Awalnya perjalanan ini masih terasa mudah. Wajah ceria masih terlihat pada semua peserta. Namun setelah sekitar lima belas menit, rasa lelah mulai merasuki tubuh kami, terutama di bagian kaki. Langkah mulai melambat, dan beberapa kali kami berhenti di tengah jalan sekedar untuk menarik nafas dan mengistirahatkan kaki. Rasa penasaran akan keindahan Air Terjun Sipiso-piso mendorong kami untuk terus melangkah. Jalan yang awalnya mulus karena terdiri dari tangga semen, mulai sulit terasa. Semakin ke bawah, itu semua mulai lenyap. Kami harus menyusuri jalan tanah dengan bebatuan yang banyak dan besar. Lagi-lagi ukhuwah itu tampak. Ketika ada yang kesulitan atau merasa letih melalui jalur tersebut, maka yang lain memberi kekuatan dan membantu saudaranya yang lain. Suara gemuruh air terjun mulai terdengar oleh kami di menit-menit ke empat puluh. hawa sejuk pun menelusup ke balik jaket tebal yang sudah menyelubungi tubuh kami. Suasana ini menambah daya juang kami untuk segera mancapainya.

Perjuangan selama kurang lebih satu jam tersebut membuahkan hasil. Air Terjun Sipiso-piso berdiri tegak di depan kami. Air yang jatuh dari ketinggian sekitar 120 meter ini sebagian dihembus angin dan membasahi kami. Rasa letih setelah menempuh perjalanan panjang terhapuskan oleh pesonanya. Bibir tak hentinya memuja Rabb semesta alam sambil mengagumi ciptaan-Nya. Air terus mengalir hingga mencapai Danau Toba yang berada tak terlalu jauh. Pepohonan hijau terhampar luas mengelilingi air terjun yang menjulang tinggi. Kesempatan emas ini tentunya sangat disayangkan bila tidak diabadikan. Kamera pun mulai dikeluarkan dan air terjun menjadi primadona yang tidak mau dilewatkan oleh semua peserta.

Puas memanjakan mata, hati dan pikiran kami pun kembali ke atas. Dengan nafas tersengal-sengal dan kepuasan atas pengalaman tak terlupakan tadi, kami kembali berjuang mencapai lokasi bus berada. Sesampainya di atas, kamar mandi menjadi rebutan para peserta. Mengganti pakaian dan membersihkan tubuh menjadi ritual utama setelah tubuh basah oleh air terjun ditambah noda tanah di pakaian. Setelah berbenah, beberapa peserta mengisi perut sebentar di warung yang berjejer di sekitar lokasi wisata tersebut. Ada juga yang membeli tanda mata khas daerah setempat.

Sekitar pukul 16.30 WIB kami menaiki bus dan siapp untuk pulang. Bus mulai melaju melalui jalan yang sama seperti yang kami lalui saat berangkat. Di tengah perjalanan, peserta pun menyempatkan diri membeli oleh-oleh berupa buah khas tanah karo seperti jeruk dan markisa. Perjalanan terus berlanjut. Hujan rintik-rintik sempat mengiringi kepulangan kami ke Medan.

Pukul 20.00 saya pun tiba di rumah. Markisa pun menjadi oleh-oleh yang saya persembahkan bagi keluarga saya. Alhamdulillah, Allah telah melindungi kami hingga dapat bertemu kembali dengan keluarga di rumah, berbagi oleh-oleh, dan tentunya mengisahkan petualangan yang tak terlupakan.
-Sartika Ika S.-

0 komentar:

Posting Komentar